Perhatian
K.H. Ahmad Dahlan kepada para Pemuda sangat istimewa. Pemuda pemuda
Kauman yang terkenal bandel, oleh Kyai didekatinya dengan baik. Mereka
berhasil dikumpulkan dan dihimpun dalam satu perkumpulan dan diberi nama
“SISWO PROYO”. Mereka diberi pendidikan agama dan budi pekerti serta
ketrampilan.
Sekitar
tahun 1918 KH. Ahmad Dahlan pergi bertabligh ke Solo. Ketika beliau
lewat di muka istana Mangkunegaran Solo, Beliau sempat melihat para
Pemuda pemudi remaja berbaris dengan tertib dan rapi. Pakaian mereka
seragam bertopi dan dilehernya melihat saputangan yang seragam
pula.Mereka kelihatan gagah dan selalu gembira riang.
Sesampainya
di Yogyakarta, Kyai menceritakan apa yang baru saja dilihatnya di Solo
kepada para murid-muridnya. Seorang menteri Guru Bapak Romodirdjo yang
ikut KH. Ahmad Dahlan menjelaskan bahwa para pemuda itu ialah Pedvinder
Mangkunegaran. Pedvinder adalah Organisasi anak anak yang mengikuti
gerakan kepanduan. Mereka dilatih baris berbaris seperti militer,
dilatih hidup sederhana, diberi pendidikan budipekerti dan diberi
bimbingan untuk suka memberi pertolongan kepada orang lain.
Dengan
cepat K.H.Ahmad Dahlan menjawab. Kalau begitu anak anak kita
(Muhammadiyah) perlu diberi pendidikan semacam itu. Sikap Kyai yang
senang terhadap cara baru itu mendapat sambutan para murid-muridnya
dengan penuh semangat.
Salah
satu murid K.H. Ahmad Dahlan yaitu Sarbini seorang guru SD.
Muhammadiyah kebetulan pernah menjadi serdadu Belanda, dia mahir baris
berbaris, mahir meniup terompet dan memukul tambur (genderang) serta
pandai pula menggunakan senjata api. maka oleh Kyai, Pemuda Sarbini
ditunjuk untuk melatih para Pemuda-pemuda Muhammadiyah. Sebagian
Pemuda-pemudi tersebut ada yang mahir dalam mengadakan berbagai
permainan dan olahraga. Maka jadilah para Pemuda Muhammadiyah terkumpul
dalam satu organisasi kepanduan dengan pakaian seragam. Mereka berlatih
dengan semangat dan penuh kegembiraan. Sejak saat itu berdirilah
“Padvinder Muhammadiyah
Agar Padvinder Muhammadiyah lebih teratur maka dibentuklah pengurus yang terdiri :
Ketua : H. Muhtar
Wakil Ketua : R.H. Hadjid
Sekretaris : Somodirdjo
Keuangan : Abdul Hamid BKN.
Organisasi : Siradj Dahlan
Komandan : Sarbini Damiri
Pada
waktu mulai berdirinya, Padvinder Muhammadiyah dalam latihan latihan
masih menggunakan aba-aba bahasa Belanda, seperti yang digunakan oleh
serdadu Belanda. Dalam perkembangannya setelah Padvinder Muhammadiyah
lebih teratur maka aba-aba dalam latihan digunakan bahasa sendiri.
Dengan cara ini maka tertanamlah semangat cinta tanah air.
Semua perlengkapan dan seragam ditentukan dan disesuaikan dengan jiwa dan semangat Muhammadiyah.
Warna baju : Coklat
Warna celana : Biru
Kedua
warna tersebut yaitu coklat dan biru melambangkan warna tanah dan air.
Hal ini dimaksudkan agar para Padvinder Muhammadiyah memiliki semangat
cinta tanah air yaitu Indonesia.
Warna
kacu leher : Hijau dengan di beri simbul matahari Muhammadiyah berwarna
putih ditiap tiap sudutnya dituliskan H.W. singkatan dari Hizbul Wathan
yang artinya cinta tanah air. Warna hijau pada kacu leher melambangkan
kesuburan tanah air Indonesia. Secara resmi nama Padvinder Muhammadiyah
diganti menjadi Hizbul Wathan yang berarti prajurit tanah air atau cinta
tanah air.
Pelajaran
kepanduan lebih disempurnakan disesuaikan dengan jiwa Muhamamdiyah.
Pelajaran-pelajaran H.W. disamping baris berbaris yang sudah menggunakan
aba-aba dengan bahasa daerah (Jawa) yang kemudian menggunakan bahasa
Melayu (Indonesia) maka pelajaran H.W. lebih ditekankan kepada
memperdalam ibadah dan akhlaq Islam, ditambah dengan seni bela diri,
PPPK.
Simbul H.W. juga ditentukan yaitu berupa kuncup bunga dengan tulisan :
“FASTABIQUL KHAIRAT”
artinya : Berlomba-lombalah dalam kebaikan, yang ditulis pada pita dibawahnya.
artinya : Berlomba-lombalah dalam kebaikan, yang ditulis pada pita dibawahnya.
lagu
Mars H.W. juga dibuatnya. Lagu tersebut mampu berkembang dengan
pesatnya keseluruh tanah air. Dimana-mana orang mengenal Pandu H.W.
Pandu yang bukan H.W. pun orang menyebutnya Pandu H.W. Sampai terjadi
disuatu kota pandu cina juga disebut Pandu H.W. Begitulah gambaran
terkenalnya H.W. pada waktu itu. Karena pesatnya H.W. maka Pimpinan
Pusat Muhammadiyah dianggap perlu membentuk bagian khusus yang mengurusi
H.W. disebut dengan Majlis H.W. secara resmi Bagian atau Majlis H.W.
dibentuk pada tahun 1924.
Kemudian
pada Muktamar Muhammadiyah ke-20 di Makassar. dibentuk pula
Muhammadiyah Bagian Pemuda dibentuk untuk menampung Pemuda Pemuda yang
aktif di Muhammadiyah tapi kurang tertarik dengan H.W. Banyak para
asuhan H.W. ketika meletus perang Kemerdekaan menerjunkan diri kedalam
militer memanggul senjata melawan Belanda yang berusaha menjajah kembali
bangsa Indonesia. Panglima Besar TNI yang pertama ialah seorang anak
hasil didikan H.W. dan seorang pemimpin H.W. di Banyumas.
Pada
tanggal 10 Maret 1961 Presiden Soekarno memanggil para Pandu pandu
Indonesia yang jumlahnya tidak kurang dari 60 pandu. Presiden
menyampaikan amanatnya bahwa adanya banyak perkumpulan pandu pandu di
Indonesia tidak mencerminkan adanya persatuan bangsa Indonesia. Oleh
karena itu pandu pandu harus bersedia meleburkan diri dalam satu wadah
Kepanduan saja yaitu yang diberi nama Pramuka (Praja Muda Karana).
Kemauan Presiden tidak bisa di tolak lagi. Dengan rasa berat hati para
Pimpinan Pandu-pandu yang terpaksa menerima yang menjadi kehendak
Presiden Soekarno.
Maka
pada tanggal 28 Syawal tahun 1380 H, bertepatan dengan tanggal 15 Maret
1961 para pandu-pandu yang ada membubarkan diri dan meleburkan diri
dalam satu wadah Kepaduan yaitu Pramuka yang sekarang ada. Pada tanggal
tersebut sungguh suatu peristiwa yang bersejarah dan mengharukan bagi
pandu pandu di Indonesia. Bendera pandu-pandu diturunkan dan diganti
dengan pandu Pramuka dengan gambar Tunas Kelapa.
Tags:
Pemuda Muhammadiyah