I. Pendahuluan
Secara etimologis, kata khittah berasal dari derivasi bahasa Arab-
خِـطةً - يَخُطﱡ – خَطﱠ yang berarti rencana, jalan, atau garis (Kamus
Al-Munawwir). Dengan demikian, khittah perjuangan dapat diartikan
sebagai rencana, jalan, atau garis perjuangan Pemuda Muhammadiyah dalam
mewujudkan misi dan cita-cita gerakannya.
Khittah perjuangan Pemuda Muhammadiyah berisi pokok-pokok pikiran
yang diharapkan dapat menjadi garis perjuangan gerakan Pemuda
Muhammadiyah ke depan. Di dalam rumusan Khittah Perjuangan ini
terkandung aspek pembaruan sekaligus kesinambungan. Aspek pembaruan
diarahkan pada upaya peneguhan eksistensi Pemuda Muhammadiyah sebagai
gerakan Islam yang mampu menyelesaikan problematika umat Islam,
khususnya mereka yang bernaung di bawah panji-panji persyarikatan
Muhammadiyah. Sementara aspek kesinambungan merupakan upaya
mempertahankan capaian-capaian positif yang selama ini dilakukan oleh
Pemuda Muhammadiyah.
Khittah Perjuangan Pemuda Muhammadiyah diharapkan bukan hanya sekedar
retorika yang kaya wacana tetapi miskin kerja nyata. Melalui khittah,
gerakan Pemuda Muhammadiyah diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pemulihan krisis yang telah lama menghimpit sendi-sendi kehidupan bangsa
dan negara. Sudah saatnya Pemuda Muhammadiyah bangkit sebagai kekuatan
terdepan di dalam merespon dan menyikapi dinamika zaman. Pemuda
Muhammadiyah harus tekun, rajin, dan cerdas dalam mempersiapkan diri
untuk menghadapi hari esok. Dalam konteks ini, firman Allah dalam surat
Al-Hasyr ayat 18 berikut ini perlu menjadi pijakan dalam setiap gerak
dan langkah Pemuda Muhammadiyah :
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok; dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Secara objektif, perumusan khittah perjuangan Pemuda Muhammadiyah
didorong oleh faktor internal dan eksternal organisasi. Faktor internal
merujuk pada evaluasi dan otokritik terhadap kiprah organisasi di dalam
melayani umat Islam dan masyarakat lain pada umumnya.
Sedangkan faktor eksternal merujuk pada fenomena perubahan dunia yang
menuntut setiap orang untuk terlibat aktif dalam mewarnai perkembangan
peradaban. Kompetisi dan persaingan dalam seluruh aspek kehidupan harus
dihadapi, bukan dihindari.
Sejalan dengan itu, motto perjuangan Pemuda Muhammadiyah “FASTABIQUL
KHAIRAT” harus kembali menjadi spirit dan landasan gerak bagi setiap
aktivitas dan kreativitas yang dilakukan oleh kader-kader Pemuda
Muhammadiyah di semua level kepemimpinan. Dengan semangat ini, Pemuda
Muhammadiyah harus tampil sebagai pelopor dalam mewujudkan pencerahan
peradaban dan pembebasan umat dari keterkungkungan kemiskinan,
kebodohan, dan ketidakadilan. Semua itu harus menjadi cita-cita umat
yang semestinya diperjuangkan secara kolektif tanpa memandang perbedaan
suku, ras, tingkat pendidikan, bahkan agama.
II. Doktrin Perjuangan
Pemuda Muhammadiyah melandasi kiprah perjuangannya pada cita-cita
Muhammadiyah untuk menciptakan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Sehingga seluruh gerakan Pemuda Muhammadiyah diarahkan pada upaya
akselerasi pencapaian tujuan tersebut. Dengan demikian, dimensi
keagamaan, keilmuan, dan kemasyarakatan yang menjadi inspirasi
perjuangan Muhammadiyah selama ini harus dijadikan ruh pergerakan Pemuda
Muhammadiyah.
Pada tataran praktis, Pemuda Muhammadiyah meneguhkan doktrin perjuangannya melalui upaya:
Pertama, mempertegas komitmen dan jati dirinya pada pemberdayaan umat di seluruh sektor kehidupan.
Kedua, melakukan rekruitmen kader-kader berkualitas secara proaktif
di tengah-tengah masyarakat dengan cara melibatkan mereka pada setiap
pelaksanaan program-program kerja Pemuda Muhammadiyah.
Ketiga, meningkatkan kapasitas dan kualitas para kader melalui
jenjang pendidikan kader yang terencana secara sistematis dan
berkesinambungan.
III. Dimensi-dimensi Perjuangan
A. Dimensi Keagamaan
Pada dimensi keagamaan, Pemuda Muhammadiyah diharapkan dapat berperan aktif dalam menggiring umat ke posisi arus tengah Islam (ummatan wa syatha).
Dengan posisi ini, umat Islam tidak terjebak dalam skenario yang
dimainkan oleh pihak lain yang kerapkali bertujuan untuk memecah belah
umat Islam. Sudah saatnya umat Islam dikembalikan pada satu cita-cita,
yaitu membebaskan manusia dari setiap patologi sosial dan penyakit
peradaban yang selama ini merasuki alam pikiran manusia modern. Untuk
itu, seluruh kader Pemuda Muhammadiyah harus menebar pesona Islam di
setiap waktu dan tempat dengan cara melaksanakan ajaran Islam secara
total sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 208 yang
berbunyi:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam secara total, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Untuk melaksanakan ajaran Islam secara total, Pemuda Muhammadiyah
diharapkan dapat mengaktifkan kembali gerakan dakwah jama’ah dengan
menjadikan masjid sebagai pusat informasi dan komunikasi antar aktivis.
Dakwah jama’ah diperlukan bukan hanya untuk meningkatkan ukhuwah
Islamiyah di kalangan aktivis pemuda, tetapi lebih dari itu da’wah
jama’ah juga diharapkan mampu melindungi persyarikatan Muhammadiyah dari
upaya “penyusupan” yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu di
kalangan umat Islam yang memiliki kiprah dan ideologi yang berbeda
dengan Muhammadiyah.
Selain itu, Pemuda Muhammadiyah harus memperluas jaringan dakwahnya
ke seluruh masyarakat hingga menyentuh berbagai suku, ras, budaya dan
adat istiadat yang berlaku di tengah-tengah masyarakat. Jalan yang dapat
ditempuh adalah dengan menghidupkan gerakan dakwah kultural yang juga
berfungsi sebagai sebagai salah satu sarana perekrutan kader-kader
persyarikatan.
Dalam tatanan kehidupan beragama di tengah komunitas umat Islam,
Pemuda Muhammadiyah harus mampu menampilkan dirinya sebagai teladan
dalam menjembatani sekaligus memediasi setiap perbedaan pandangan,
penafsiran, dan praktek keagamaan yang terjadi di kalangan umat Islam.
Pemuda Muhammadiyah harus mampu merajut dan merekatkan ukhuwah
Islamiyah dengan cara mengajak semua pihak untuk kembali kepada
Al-Qur’an dan Al-Sunnah secara bersama-sama.
Seiring dengan itu, Pemuda Muhammadiyah dituntut agar selalu menjadi
inspirator dan motivator dalam mengembangkan dakwah Islam yang humanis,
terbuka, dan mencerahkan. Pemuda Muhammadiyah menolak secara tegas
segala tindak kekerasan atas nama agama dalam memperjuangkan dan
menegakkan agama Islam. Agama Islam harus disampaikan dengan cara damai,
santun, dan beradab agar Islam benar-benar tampil sebagai pembawa
rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin).
Terkait dengan heterogenitas agama di Indonesia, Pemuda Muhammadiyah
harus membuka diri untuk selalu melakukan dialog antar umat beragama.
Cara yang paling efektif untuk dilakukan adalah menjalin kerjasama
lintas agama dalam kerja-kerja kemanusiaan. Pemuda Muhammadiyah dapat
memulai gerakan ini dengan menciptakan musuh bersama (common enemy) agama-agama berupa kebodohan, kemiskinan, krisis lingkungan, bencana alam, penyakit menular, narkotika, dan lain-lain.
B. Dimensi sosial
Pada dimensi sosial, Pemuda Muhammadiyah diharapkan dapat menjadi
garda terdepan dalam merajut kohesivitas sosial dengan seluruh komponen
bangsa. Dengan kohesivitas sosial yang baik, seluruh anak bangsa akan
dapat bekerja sama dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih
menjanjikan. Kohesivitas sosial hanya dapat diwujudkan jika keadilan
dapat ditegakkan pada seluruh sektor kehidupan berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu, Pemuda Muhammadiyah harus berani melawan setiap
ketidakadilan yang terjadi baik yang dilakukan secara personal maupun
yang diorganisir secara struktural. Pemuda Muhammadiyah berpandangan
bahwa bangsa ini hanya dapat berdiri dengan kokoh atas dasar
prinsip-prinsip keadilan sebagaimana telah diperintahkan Allah dalam
surat Al-Nisaa’ ayat 58 yang berbunyi:
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha Melihat.
Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, Pemuda Muhammadiyah
mendasarkan pokok perjuangannya kepada empat macam persoalan mendasar.
Pertama, rendahnya kualitas dan tidak meratanya akses pendidikan bagi
semua anak bangsa. Berkenaan dengan hal ini, Pemuda Muhammadiyah
dituntut untuk melakukan terobosan-terobosan baru dalam memperjuangkan
kualitas dan kuantitas lembaga-lembaga pendidikan. Di samping itu,
Pemuda Muhammadiyah juga dituntut untuk selalu mengikuti, mengkritisi,
sekaligus memberikan masukan konstruktif pada setiap produk regulasi
pendidikan yang ditetapkan pemerintah.
Kedua, rendahnya kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. Untuk
menjawab masalah ini, Pemuda Muhammadiyah dituntut agar selalu berperan
aktif dalam memperjuangkan peningkatan kuantitas dan kualitas sarana
pelayanan kesehatan, peningkatan kuantitas anggaran pembiayaan
kesehatan, dan sosialisasi pola dan gaya hidup sehat.
Ketiga, tingginya angka pengangguran dan maraknya tindak
kriminalitas. Menyikapi masalah ini, Pemuda Muhammadiyah diharapkan
dapat berpartispasi aktif dalam menciptakan lapangan kerja dan mendukung
setiap usaha semua pihak yang diarahkan pada upaya perbaikan taraf
hidup rakyat.
Keempat, rendahnya moral dan akhlak anak bangsa. Terkait masalah ini,
Pemuda Muhammadiyah harus memprakarsai berbagai macam program yang
berorientasi pada upaya revitalisasi akhlak dan moral bangsa. Upaya ini
dapat dilakukan dengan cara menghidupkan kembali ajaran agama sebagai
basis utama pertahanan akhlak dan moral. Selain itu, kearifan-kearifan
lokal yang dijadikan sebagai panutan di masa lalu dapat dijadikan
tawaran alternatif dalam mengimbangi moralitas sekuler, hedonis, dan
materialis akibat perkembangan informasi dan teknologi serta arus
globalisasi yang tidak terkendali.
C. Dimensi Ekonomi
Dimensi eknomi merupakan elan vital yang harus menjadi fokus
perhatian utama Pemuda Muhammadiyah. Secara umum, tingkat ekonomi umat
Islam masih berada di bawah tingkat ekonomi umat beragama lain. Fakta
empiris menunjukkan bahwa saat ini umat Islam cenderung dijadikan
sebagai sasaran market paling empuk dari negara-negara
produsen. Umat Islam sama sekali tidak mampu bersaing dalam pasar global
yang semakin hari semakin kompetitif. Padahal, ajaran Islam
mengharuskan umat Islam untuk tidak hanya memperhatikan
persoalan-persoalan ukhrawi semata, tetapi juga harus memperhatikan
persoalan-persoalan duniawi sebagaimana firman Allah dalam surat
Al-Qashas ayat 77 yang berbunyi:
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.
Melalui refleksi yang cukup dalam terhadap ayat tersebut, Pemuda
Muhammadiyah merasa terpanggil untuk segera mencari solusi dalam
memberdayakan ekonomi umat Islam. Langkah awal yang dapat dilakukan
adalah mengembangkan sistem ekonomi syariah pada seluruh dimensi ekonomi
umat sebagai antitesis terhadap sistem ekonomi kapitalis yang selama
ini “menjajah” umat Islam. Pengembangan ekonomi syariah dapat dilakukan
dengan mengembangkan usaha kecil dan menengah (UKM) melalui pemberdayaan
lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) baik formal seperti bank,
asuransi, zakat, infaq, shadaqah, dan koperasi maupun informal seperti
pendirian lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berorientasi pada
pemberdayaan ekonomi umat pada sektor pertanian, perikanan, dan
unit-unit ekonomi kerakyatan lainnya.
Sejalan dengan itu, Pemuda Muhammadiyah juga dituntut untuk mendidik
kader-kadernya agar siap diterjunkan ke dunia usaha sebagai
pejuang-pejuang ekonomi umat di tengah-tengah masyarakat. Dalam konteks
ini, potensi jaringan Pemuda Muhammadiyah secara nasional perlu
dikembangkan sehingga memiliki daya saing yang cukup tangguh dalam
menggerakkan perekenomian umat. Potensi lain yang dapat dikembangkan
adalah pemberdayaan institusi-institusi Islam seperti mesjid,
sekolah-sekolah Islam, majlis ta’lim, dan Islamic center sebagai pusat
perekonomian umat.
D. Dimensi Politik
Pemuda Muhammadiyah berpandangan bahwa agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat dunyawiyah
yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam
kehidupan perseorangan maupun kolektif. Oleh karena itu, Pemuda
Muhammadiyah menilai bahwa politik dan berpolitik bukanlah hal yang
dilarang oleh agama. Dan Pemuda Muhammadiyah bukanlah organisasi
apolitik. Bahkan sebaliknya, Pemuda Muhammadiyah menjadikan politik
sebagai salah satu sarana dakwah yang paling efektif dalam membumikan
kehendak Tuhan di muka bumi. Namun demikian, Pemuda Muhammadiyah
meyakini bahwa kekuasaan politik merupakan ujian yang diberikan oleh
Allah kepada manusia sebagaimana firman-Nya dalam surat al-An’am ayat
165 yang berbunyi:
Artinya : Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di
muka bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang
lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya
dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Oleh karena kekuasaan politik merupakan bagian dari ujian Allah, maka
Pemuda Muhammadiyah harus mengarahkan perjuangan politiknya bagi
kepentingan Islam dan umat Islam. Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemuda
Muhammadiyah dituntut melakukan langkah-langkah sistematis dan strategis
melalui empat strategi dan lapangan perjuangan politik yaitu: Pertama, melalui kegiatan-kegiatan politik yang berorientasi pada perjuangan kekuasaan/kenegaraan (real politics,
politik praktis) sebagaimana dilakukan oleh partai-partai politik atau
kekuatan-kekuatan politik formal di tingkat kelembagaan negara.
Kedua, melalui
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang bersifat pembinaan atau
pemberdayaan masyarakat maupun kegiatan-kegiatan politik tidak langsung (high politics) yang bersifat mempengaruhi kebijakan negara dengan perjuangan moral (moral force) untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik di tingkat masyarakat dan negara.
Ketiga, mengelola
fragmentasi potensi dan kekuatan politik secara baik dan benar agar
seluruh kepentingan umat Islam dapat terakomodasi secara maksimal. Bila
usaha untuk mempersatukan partai-partai politik Islam di bawah satu
bendera sulit dilakukan, maka hal yang paling mungkin dilakukan adalah
mempersatukan politisi Islam di lembaga-lembaga legislatif mulai dari
tingkat pusat sampai ke daerah-daerah. Meskipun kenderaan politik
berbeda, namun tujuan dan orientasinya haruslah tetap sama.
Keempat, pembumian nilai-nilai keislaman di jalur kultural (cultural approach).
Melalui lahan ini, Pemuda Muhammadiyah memiliki peluang yang cukup
besar untuk meningkatkan energi sumber daya umat sebagai basis penguatan
civil society. Target akhir yang ingin dicapai adalah agar
Pemuda Muhammadiyah dapat menyalurkan aspirasi politiknya secara
maksimal dalam menjaga kelangsungan agama sekaligus menata kehidupan
dunia (hirasat al-din wa siyasat al-dunya).
E. Dimensi Kebudayaan dan Peradaban
Melalui kalkulasi sederhana, Pemuda Muhammadiyah memandang bahwa
peradaban Barat lebih maju dari peradaban Islam, antara lain dibuktikan
dengan perkembangan ekonomi, teknologi, dan stabilitas kehidupan
sosial-politik yang dicapai Barat. Dengan menggunakan ukuran-ukuran yang
bersifat fisik material, fenomena kebangkitan peradaban Barat merupakan
keniscayaan.
Namun bila dikaji lebih dalam, kemajuan sains dan teknologi yang
menjadi basis fundamental bangunan peradaban Barat justru telah
menelantarkan dunia di ambang pintu krisis global yang semakin hari
semakin mengkhawatirkan. Krisis global yang dihadapi umat manusia di
planet ini telah menyentuh hampir seluruh dimensi kehidupan seperti
bidang kesehatan, teknologi, ekonomi, politik, ekologi, dan hubungan
sosial. Krisis juga melanda dimensi-dimensi intelektual, moral, dan
spiritual. Anehnya, peradaban Barat ini dijadikan sebagai cermin yang
harus diikuti oleh semua negara, termasuk negara-negara Islam. Inilah
yang menyebabkan rapuhnya fondasi peradaban dunia secara global.
Kerapuhan fondasi peradaban Barat itu merupakan peluang besar bagi
Pemuda Muhammadiyah untuk membangun peradaban alternatif yang berdimensi
moral dan spiritual. Agenda utama yang harus dikedepankan antara lain
membangun kesadaran eksistensial manusia yang tidak terpisahkan dari
Tuhan. Keyakinan terhadap kehadiran
Tuhan dalam seluruh dimensi kehidupan akan memberikan kekuatan
sekaligus kedamaian dalam hati setiap manusia yang menjadi aktor
pendukung setiap kebudayaan.
Bertolak dari realitas obyektif di atas, Pemuda Muhammadiyah dituntut
untuk mewujudkan peradaban Islam masa depan dengan melakukan
upaya-upaya rekonstruktif melalui upaya pembumian wahyu melalui
kontekstualisasi ajaran Islam. Kontekstualisasi ajaran Islam tentu saja
harus dibarengi dengan upaya eksplorasi ilmu pengetahuan (scientific exploration).
Di samping itu, Pemuda Muhammadiyah juga harus mengambil peran dalam
upaya mencari penemuan-penemuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan (scientific discovery). Dengan ilmu pengetahuan yang berorientasi ilahiyah-lah, tatanan kebudayaan dan peradaban dunia dapat diwujudkan secara baik.
I. Penutup
Khittah perjuangan ini harus dapat mencerminkan kemandirian Pemuda
Muhammadiyah dalam menjalankan fungsinya sebagai organisasi modern yang
berorientasi masa depan. Selain itu, Khittah perjuangan ini harus
menjadi variabel pengubah kultur atau budaya berorganisasi kader-kader
Pemuda Muhammadiyah ke arah yang lebih baik. Agar kultur dan budaya hasanah merekat
dalam setiap nadi gerakan Pemuda Muhammadiyah, maka diperlukan upaya
pembumian semangat saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran dan
saling berlomba untuk menuju cinta dan kasih sayang Allah.
Tags:
Pemuda Muhammadiyah